Beijing (ANTARA) - Pemerintah China mendukung upaya ASEAN untuk mendamaikan konflik antara Kamboja dan Thailand yang kembali terjadi sepekan terakhir.
"China mendukung kedua belah pihak untuk melakukan dialog dan konsultasi langsung, mendukung upaya perdamaian yang dilakukan oleh ASEAN, khususnya Malaysia, serta mendukung upaya untuk menemukan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak dalam kerangka ASEAN," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Senin.
Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang kembali pecah sejak Senin (8/12) di perbatasan kedua negara telah menyebabkan sekitar 700.000 orang mengungsi. Sebelas warga sipil tewas di Kamboja, sementara 16 tentara dan tujuh warga sipil di Thailand tewas, dengan lebih dari 290 tentara dan petugas polisi terluka.
Guo Jikun menyebut China sebagai tetangga dan sahabat kedua negara, China mengikuti dengan saksama perkembangan terkini di sepanjang perbatasan Kamboja dan Thailand.
"Kami sangat berbelasungkawa atas korban jiwa yang diderita kedua belah pihak dan menyampaikan simpati yang mendalam. Kamboja dan Thailand adalah dan akan selalu menjadi tetangga. Persahabatan dan hubungan bertetangga yang baik sangat berharga bagi suatu negara," tambah Guo Jiakun.
Prioritas utama, menurut Guo Jiakun, saat ini adalah menghentikan pertempuran dan melindungi warga sipil.
"Kami berharap kedua belah pihak, dengan mempertimbangkan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas wilayah perbatasan dan kepentingan rakyat, dapat menahan diri secara maksimal, mengambil semua langkah yang kondusif untuk mewujudkan gencatan senjata, dan meredakan ketegangan sesegera mungkin," ungkap Guo Jiakun.
Sejak pecahnya konflik di sepanjang perbatasan antara Kamboja dan Thailand, Guo Jiakun mengungkapkan China menjaga komunikasi yang erat dengan kedua negara melalui berbagai saluran dan di berbagai tingkatan.
"Kami secara aktif baik dengan Kamboja maupun Thailand mempromosikan perundingan perdamaian, dan telah menciptakan kondisi untuk dialog di antara mereka," tambah Guo Jiakun.
Guo Jiakun pun menyebut China sedang dan akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk mendorong perundingan perdamaian dan memainkan peran konstruktif dengan caranya sendiri untuk mewujudkan gencatan senjata antara Kamboja dan Thailand serta memulihkan perdamaian.
Thailand pada Minggu (14/12) atau tepat pada hari ketujuh bentrokan dengan Kamboja, memberlakukan darurat militer dan jam malam di beberapa distrik di provinsi paling timur Trat.
Status darurat militer tersebut membolehkan pihak berwenang untuk menahan individu atau melakukan penggeledahan terhadap orang, kendaraan, atau bangunan yang diyakini menimbulkan ancaman keamanan.
Juru bicara Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Laksamana Muda Parach Rattanachaipan, mengatakan bahwa marinir Thailand telah berhasil merebut kembali sebagian besar Ban Sam Lang dan Ban Nong Ree, yang terletak di sub-distrik Cham Rak, Muang, provinsi Trat, setelah pertempuran sengit dengan pasukan Kamboja.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan militer Thailand melakukan serangan terhadap beberapa desa dengan tembakan artileri, pemboman F-16, dan infanteri yang maju, menurut Khmer Times.
Kedua negara saling menuduh telah memulai bentrokan pekan ini, yang mereka sebut melanggar perjanjian damai yang ditandatangani pada 26 Oktober 2025 di Kuala Lumpur di hadapan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di media sosial X bahwa ia telah melakukan panggilan terpisah dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, serta mendesak dihentikannya permusuhan.
Baca juga: Penerbangan Phnom Penh dan Bangkok normal di tengah bentrok perbatasan
Baca juga: ASEAN kerahkan tim pengamat dorong deeskalasi konflik Thailand-Kamboja
Baca juga: Bentrok dengan Kamboja, Thailand berlakukan darurat militer-jam malam
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
















































