Ketua MA: Hakim Tak Bisa Jadi Malaikat, tapi Jangan Jadi Setan

6 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto mengakui bahwa hakim juga manusia, sehingga tak bisa diharapkan bisa menjadi seperti malaikat. Namun, dia menegaskan bukan berarti hakim bisa berkelakuan seperti 'setan'.

Hal itu disampaikan Sunarto dalam pembinaan administrasi dan teknis yudisial bagi hakim di lingkungan peradilan umum se-Jakarta yang digelar di kantor MA, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).

Sunarto mengingatkan para hakim meningkatkan kepercayaan publik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang kita semua, hakim, tidak bisa dipikir menjadi malaikat semua. Hakim juga manusia," kata Sunarto dalam acara pembinaan itu.

"Tapi hakim jangan jadi setan semua. Manusia adalah pertarungan antara malaikat dan setan. Lebih kuat yang mana? Lebih condong ke malaikat atau condong ke setan?" imbuhnya.

Menurutnya apabila seorang hakim pernah sekali berbuat salah itu manusiawi, namun dia menegaskan kesalahan-kesalahan itu jangan dibudayakan bahkan menjadi kebutuhan.

"Sekali-kali berbuat salah. Ya memang manusia tempat berbuat salah. Tapi salah jangan dibudayakan, jangan menjadi kebutuhan," lanjutnya.

Dia pun meminta agar para hakim memilih hidup berbuat baik ketika mengemban amanah sebagai 'wakil Tuhan' di dunia.

"Tapi, kalau memilih jabatan hakim, pilihlah jalur kemaslahatan dan kebaikan. Kalau saudara tidak memilih itu, pilihannya cuma dua, disanksi oleh Mahkamah Agung atau diambil oleh penegak hukum, pilihannya itu. Karena hakim adalah wakil Tuhan di dunia," ujarnya.

Sunarto pun mengingatkan era media sosial, di mana publik bisa melihat kehidupan pejabat publik dengan mudah. Menurutnya, para hakim harus sadar layaknya hidup dalam sebuah akuarium. Dia mengatakan setiap gerak-gerik para hakim ini akan mudah diketahui.

"Bapak-Ibu hidup seperti di akuarium, ibarat ikan hidup di akuarium. Gerakannya ke mana, turun naik, tampak Ibu-Bapak sekalian. Di era digital ini, hati-hati. Transaksi ketahuan, masuk ke tempat-tempat hiburan, ke hotel, ketahuan. Apakah ini masih tetap akan dilaksanakan? Tolong sadari Bapak-Ibu sekalian," ucap dia.

Terpisah, anggota Komisi III DPR  Hinca IP Pandjaitan menyatakan tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan Ketua MA soal hakim tidak bisa menjadi malaikat, tapi jangan semua menjadi setan.

Hinca menilai pernyataan Sunarto seakan-akan menggeser standar hakim dari 'wakil Tuhan di bumi' jadi sekadar asalkan 'jangan menjadi setan'.

"Saya tidak sepenuhnya sepakat atas pernyataan Ketua MA, ketika hakim diibaratkan bukan malaikat, seakan-akan standar 'wakil Tuhan di bumi' dapat digeser menjadi sekadar 'jangan jadi setan," kata Hinca, Jumat (23/5) seperti dikutip dari detik.com.

"Penggeseran itu menyeret hakim-hakim dari takhta tinggi representasi Ilahi ke tanah datar manusiawi, seolah palu pengadilan tak lagi berkait ke langit, melainkan cukup berjarak secuil dari lumpur kepentingan," imbuh politikus Demokrat tersebut.

Hinca lantas mengibaratkan hakim seperti lilin di ruang gelap. Oleh karena itu, dia bilang  hakim tidak boleh ikut menjadi gelap ketika kegelapan semakin pekat.

"Layaknya satu-satunya lilin di ruang gelap, hakim adalah titik cahaya yang tak boleh ikut merunduk ketika bayangan membesar. Lilin tetap lilin, fungsinya menerangi, meski sumbu rapuh dan nyala rentan ditiup angin," ucapnya.

Hinca memahami ketika Ketua MA Sunarto kecewa dengan perilaku hakim-hakim di Indonesia. Akan tetapi, ia meminta Sunarto berhati-hati dalam memberikan toleransi baru lewat narasi bahwa hakim bukan lah malaikat.

"Ketua MA boleh saja kecewa dengan perilaku sebagian anak buahnya, tetapi kehati-hatian ekstra dibutuhkan sebelum membuka pintu toleransi baru lewat narasi 'ah, kita kan bukan malaikat'. Kalimat sederhana ini berpotensi menjelma menjadi jalan pintas psikologis yang melonggarkan tali moral semua hakim," jelasnya.

"Alih-alih tetap menatap tinggi, ia justru mendidik hakim untuk menunduk, nyaman dengan kelemahan manusiawinya, lalu terbiasa berlindung di balik dalih keterbatasan. Ketika paradigma itu menjadi lazim, takhta wakil Tuhan pun pelan-pelan kehilangan aura sakralnya, dan para hakim akan mudah berdamai dengan bayangan-bayangan yang semestinya mereka halau," tegas Hinca.

Baca berita lengkapnya di sini.

Baca berita lengkapnya di sini.

(kid/wis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |