Apa itu sinar UV matahari? Ini jenis dan faktor yang mempengaruhinya

3 hours ago 1

Jakarta (ANTARA) - Belakangan ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap meningkatnya intensitas radiasi UV dari matahari yang mencapai kategori tinggi hingga sangat tinggi di berbagai wilayah Indonesia.

Kondisi ini berkaitan dengan cuaca panas ekstrem yang melanda Nusantara akibat peralihan musim, serta keberadaan massa udara kering yang berasal dari monsun Australia.

Karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar ruangan pada siang hari dan melindungi diri dari paparan langsung sinar matahari.

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan sinar ultraviolet (UV)? Serta, jenis dan faktor yang apa yang dapat mempengaruhi tingkat radiasi UV dari matahari? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Apa itu sinar ultraviolet (UV) matahari?

Sinar ultraviolet (UV) merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh matahari. Jenis sinar ini tidak terlihat oleh mata manusia karena memiliki panjang gelombang yang sangat pendek.

Menariknya, beberapa hewan seperti lebah, burung, dan kupu-kupu mampu melihat sinar UV dengan jelas. Namun, tidak seluruh radiasi UV berhasil menembus lapisan ozon sebagian besar justru tersaring sebelum mencapai permukaan Bumi.

Berdasarkan panjang gelombang-nya, sinar UV terbagi menjadi tiga jenis, yaitu ultraviolet A (UVA), ultraviolet B (UVB), dan ultraviolet C (UVC). Sinar ultraviolet sendiri merupakan bagian dari spektrum cahaya matahari yang tak tampak namun memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan di Bumi.

Meskipun berperan penting dalam membantu tubuh memproduksi vitamin D, paparan berlebihan terhadap sinar UV bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti iritasi kulit, penuaan dini, hingga meningkatkan risiko kanker kulit dalam jangka panjang.

Jenis-jenis sinar ultraviolet (UV)

Menurut penjelasan Kementerian Kesehatan, sinar ultraviolet terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan panjang gelombang-nya. Semakin pendek panjang gelombang, semakin tinggi pula tingkat bahayanya bagi makhluk hidup.

1. Sinar UV-A

Sinar UV-A memiliki panjang gelombang antara 315–400 nanometer dan merupakan jenis sinar UV yang paling banyak mencapai permukaan bumi, sekitar 95%. Jenis ini mampu menembus awan dan kaca, serta tetap ada meskipun cuaca sedang mendung atau hujan. UV-A dapat menembus hingga ke lapisan kulit bagian dalam (dermis).

2. Sinar UV-B

Sinar UV-B memiliki panjang gelombang 280–315 nanometer. Meskipun sebagian besar dapat diserap awan dan tidak menembus kaca, UV-B tetap bisa mencapai lapisan kulit terluar (epidermis). Paparan dalam waktu lama bisa menyebabkan kulit kemerahan, perih, hingga terbakar.

3. Sinar UV-C

Sinar UV-C adalah jenis yang paling berbahaya karena memiliki panjang gelombang paling pendek, yaitu 180–280 nanometer. Untungnya, lapisan ozon mampu menyerap seluruh radiasi UV-C, sehingga sinar ini tidak mencapai permukaan bumi. Karena sifatnya yang dapat membunuh kuman dan bakteri, UV-C banyak dimanfaatkan dalam teknologi sterilisasi alat medis dan ruangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat radiasi UV matahari

Tingkat radiasi sinar ultraviolet (UV) yang sampai ke permukaan bumi dipengaruhi oleh sejumlah kondisi alam dan lingkungan. Mengacu pada informasi resmi dari BMKG, berikut beberapa faktor utamanya:

1. Ketinggian tempat (Altitude)

Semakin tinggi suatu lokasi dari permukaan laut, semakin sedikit lapisan atmosfer yang mampu menyerap sinar UV. Karena itu, di daerah pegunungan, intensitas radiasi UV bisa meningkat sekitar 10–12% untuk setiap kenaikan 1.000 meter.

2. Lapisan ozon (Ozone layer)

Lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung alami yang menyerap sebagian besar radiasi UV berbahaya. Namun, ketebalan ozon tidak selalu sama nilainya bisa berubah tergantung musim, cuaca, bahkan waktu dalam satu hari.

3. Refleksi permukaan (Ground reflection)

Permukaan bumi juga berpengaruh terhadap banyaknya sinar UV yang dipantulkan kembali. Salju, misalnya, dapat memantulkan hingga 80% radiasi UV, sedangkan pasir kering sekitar 15% dan buih ombak di laut mencapai 25%.

4. Ketinggian matahari (Sun elevation)

Posisi matahari di langit turut menentukan seberapa besar radiasi UV yang diterima. Saat matahari berada di posisi tinggi seperti saat tengah hari atau musim panas di luar daerah tropis intensitas UV mencapai titik tertingginya.

5. Lintang geografis (Latitude)

Wilayah yang berada lebih dekat dengan garis khatulistiwa menerima sinar matahari secara lebih tegak lurus, sehingga paparan radiasi UV di daerah tropis cenderung lebih kuat dibandingkan wilayah beriklim sedang atau dingin.

6. Tutupan awan (Cloud cover)

Awan tidak sepenuhnya mampu menghalangi sinar UV. Bahkan, beberapa jenis awan justru dapat memantulkan dan menyebarkan sinar tersebut, menyebabkan paparan UV tetap tinggi meski langit tampak mendung.

Baca juga: BMKG imbau masyarakat waspadai bahaya paparan sinar ultraviolet tinggi

Baca juga: BMKG Denpasar minta waspadai potensi radiasi ultraviolet musim kemarau

Baca juga: Spesialis mata: Kacamata gelap tak lindungi mata dari sinar UV

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |