Menjadi Pembela Palestina, Ini Alasan Spanyol

6 hours ago 1

SPANYOL bersama enam negara Eropa lainnya, yaitu Islandia, Irlandia, Luksemburg, Slovenia, Malta dan Norwegia mengeluarkan sebuah pernyataan yang menentang keras serangan Israel di Jalur Gaza. "Kami tidak akan tinggal diam di depan bencana kemanusiaan yang terjadi di depan mata kami di Gaza. Lebih dari 50.000 pria, wanita, dan anak-anak telah kehilangan nyawa mereka," demikian pernyataan mereka, Jumat, 16 Mei 2025.

Sejak Israel melancarkan kampanye militer yang menghancurkan di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Spanyol dengan tegas mendukung perjuangan Palestina, sebuah sikap yang mendapat kecaman tajam dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pendekatan diplomatik Spanyol merupakan pendekatan yang khas di Eropa, yang mencerminkan pengaruh pemerintahan koalisi sayap kirinya. Le Monde Diplomatique memaparkan sikap dan pendekatan Spanyol terhadap konflik Israel Palestina ini dalam sebuah artikel berjudul “Why Spain stands with Palestine”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdana Menteri Pedro Sánchez memimpin Partai Pekerja Sosialis Spanyol (PSOE), yang memerintah dengan dukungan dari Sumar-sebuah koalisi yang mencakup Izquierda Unida (United Left), Partai Komunis Spanyol, dan berbagai partai regional yang progresif.

Mayoritas parlemen Sánchez juga mengandalkan Podemos (yang memerintah hingga 2023 sebelum memisahkan diri dari Sumar), serta kelompok-kelompok separatis Basque dan Catalan. Semua faksi ini, dengan cara dan tingkat yang berbeda, mendukung perlawanan Palestina dan perjuangan dekolonisasi yang lebih luas.

Tradisi Diplomatik yang Panjang

Komitmen Spanyol terhadap Palestina berakar pada tradisi diplomatik yang panjang. Spanyol mempelopori sebuah inisiatif Eropa untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara pada Juli 2024, dan mendesak negara-negara lain untuk bergabung. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez memandang pengakuan ini sangat penting untuk mencapai solusi dua negara dan menyelesaikan konflik yang dimulai pada Oktober, Al Jazeera melaporkan.

Sementara 139 dari 193 negara anggota PBB, termasuk beberapa negara Eropa seperti Islandia, Polandia, dan Rumania, telah mengakui Palestina, Uni Eropa secara keseluruhan, bersama dengan Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris, tidak mengakui Palestina. Sanchez telah mendapatkan dukungan dari Irlandia, Malta, dan Slovenia, namun Uni Eropa tetap terpecah, dengan negara-negara seperti Portugal yang memilih pendekatan kolektif Eropa.

Meskipun ada perbedaan pendapat di dalam blok tersebut, bersama Irlandia dan Norwegia, Spanyol secara resmi mengakui Negara Palestina pada 28 Mei 2024. Keempat negara ini meyakini sikap Uni Eropa yang bersatu tidak dapat dicapai karena oposisi dari Austria, Jerman, dan Belanda. Para ahli berpendapat bahwa langkah ini dapat mendorong pengakuan lebih lanjut, meskipun pergeseran yang meluas tidak mungkin terjadi, karena negara-negara tersebut menunggu keputusan dari para pemain utama seperti Jerman, Prancis, dan Italia.

Spanyol juga mendukung kasus genosida Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), yang diajukan pada Oktober 2024, dan telah menangguhkan sebagian ekspor senjata ke Israel. Tindakan-tindakan ini mencerminkan lebih dari sekadar dinamika politik saat ini.

Hubungan Historis dan Budaya dengan Dunia Arab

Laporan Le Monde Diplomatique menyebutkan beberapa faktor membentuk kebijakan ini. Hubungan pribadi Franco dengan para pemimpin militer Arab dan Afrika selama masa protektorat Spanyol di Maroko (1912-1956) memainkan peran penting, begitu pula nostalgia di antara beberapa kalangan Arab terhadap Al-Andalus-Semenanjung Iberia di bawah kekuasaan Islam dari 711 hingga 1492. Selain itu, antipati yang sama terhadap Inggris dan Prancis juga menghubungkan Spanyol di bawah Franco dengan beberapa bagian Afrika dan Timur Tengah.

Kerajaan-kerajaan Arab menyediakan sumber daya penting bagi Spanyol seperti minyak dan makanan serta mendukung keanggotaannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1955. Mereka juga membantu meningkatkan hubungan Spanyol dengan Amerika Serikat, mengakhiri isolasi diplomatiknya. Pada 1949, Raja Yordania Abdullah I menjadi kepala negara asing pertama yang mengunjungi Spanyol sejak perang saudara.

Laporan itu juga menyebutkan hubungan historis Yahudi dengan Semenanjung Iberia signifikan. Kitab Obaja dalam Alkitab menyebutkan "Sepharad", sebuah istilah yang digunakan orang Yahudi sejak Abad Pertengahan untuk menyebut tanah Iberia, di mana banyak komunitas Yahudi pernah berkembang pesat sebelum pengusiran mereka pada 1492.

Hubungan budaya dan diplomatik Spanyol yang unik dengan dunia Arab semakin tercermin pada 1966 ketika Sabino Alonso Fueyo, direktur surat kabar Falange, Arriba, mengusulkan pengajaran bahasa Arab di sekolah-sekolah menengah untuk memperkuat hubungan dengan Arab Saudi. Hanya setelah transisi Spanyol menuju demokrasi, mereka mengakui Israel pada 1986, dan butuh waktu hingga 1993 bagi Raja Juan Carlos I untuk melakukan kunjungan resmi pertamanya ke Tel Aviv.

Posisi Spanyol terhadap Israel dan Palestina Saat Ini

Perdana Menteri Sánchez, bersama dengan para pemimpin Irlandia dan Norwegia, mendorong Uni Eropa untuk mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, dengan mendasarkan tuntutan ini pada penghormatan terhadap hukum internasional. Pemerintahannya semakin sering mengkritik tindakan militer Israel di Gaza dan pelanggaran hukum internasional yang dilakukannya secara berulang-ulang.

Namun, posisi Spanyol bukannya tanpa kontradiksi. Meskipun menghentikan ekspor senjatanya sendiri ke Israel, pada awal 2024 Spanyol mengizinkan lebih dari 60.000 peralatan militer - sebagian besar buatan Amerika Serikat - untuk transit di bandara Zaragoza dalam perjalanan ke Tel Aviv. Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, Francesca Albanese, mendesak Spanyol untuk menghentikan semua penerbangan militer ke Israel.

Opini publik di Spanyol sangat mendukung kenegaraan Palestina. Sebuah studi pada Mei 2024 oleh Elcano Royal Institute menemukan bahwa 78 persen orang Spanyol percaya bahwa negara-negara Eropa harus mengakui Palestina. Pandangan mengenai asal-usul konflik terbagi: sekitar setengahnya menganggap Israel dan Palestina bertanggung jawab atas konflik yang sedang berlangsung, sementara setengahnya lagi menyalahkan Israel.

Meskipun ada kemarahan atas tindakan Israel di Gaza, 60 persen orang Spanyol masih mendukung solusi dua negara, yang konsisten dengan kebijakan Uni Eropa dan PBB. Sementara itu, 37 persen mendukung satu negara demokratis binasional yang memberikan hak yang sama bagi warga Israel dan Palestina – posisi yang diperjuangkan oleh kelompok-kelompok aktivis seperti Jaringan Solidaritas Menentang Pendudukan Palestina dan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi) cabang Spanyol. Kelompok-kelompok ini berpendapat bahwa solusi dua negara tidak lagi dapat dilaksanakan karena perluasan pemukiman Israel dan fragmentasi wilayah Palestina.

Peran Spanyol dalam Mengupayakan Perdamaian

Sikap Spanyol terhadap Palestina berakar pada hak universal manusia untuk hidup bebas dari invasi dan pembantaian. Resonansi historis dan budaya dari "Sepharad" - nama Yahudi untuk Semenanjung Iberia - menggarisbawahi posisi unik Spanyol. Keturunan orang Yahudi yang diusir dari Spanyol pada 1492 masih menggunakan istilah ini, menghubungkan masa lalu negara ini dengan perannya saat ini.

Kini, Spanyol bercita-cita untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam menyelesaikan salah satu konflik teritorial terlama di dunia, mengadvokasi keadilan, hukum internasional, dan hak-hak rakyat Palestina.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |