Presiden AS Ini Sadar Kebijakan Bela Israel Keliru, Kecam Apartheid

3 hours ago 2

CNN Indonesia

Selasa, 21 Okt 2025 09:50 WIB

Presiden Amerika Serikat ke-39 Jimmy Carter, disebut sebagai sosok yang menjadi inisiator dan mediator dalam penyelesaian konflik Mesir-Israel. Presiden ke-39 AS Jimmy Carter menyadari kebijakannya membela Israel keliru. (AFP/KARL SCHUMACHER)

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat ke-39 Jimmy Carter, disebut sebagai sosok yang menjadi inisiator dan mediator dalam penyelesaian konflik Mesir-Israel.

Lewat Perjanjian Camp David yang ditandatangani kedua pemimpin itu pada 1979, kedua negara resmi damai dan membuka hubungan diplomatik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS kala itu punya kepentingan di Timur Tengah. Dan, kebijakan AS di negara-negara Arab selalu berpihak ke Israel, salah satunya karena Amerika punya komunitas pendukung Israel yang kuat.

Atas kiprahnya mendamaikan, Carter diganjar Nobel Perdamaian pada 2002. Namun seiring waktu dan mengamati kondisi di lapangan, Carter yang wafat pada 2024 silam dalam usia 100 tahun, semakin yakin bahwa kebijakan AS yang selalu membela Israel adalah keliru.

Lewat buku yang diluncurkan pada 2007 silam, 'Palestine: Peace Not Apartheid', dia mengungkapkan bahwa kebijakan Israel di wilayah Palestina yang diduduki merupakan kejahatan apartheid.

Dalam wawancara, Carter juga dengan tegas menyebutkan, "Saya akan mencoba memberikan argumen yang sempurna. Apartheid adalah kata yang menggambarkan secara akurat apa yang telah terjadi di Tepi Barat, dan didasarkan pada keinginan atau keserakahan minoritas Israel atas tanah Palestina. Apartheid tidak didasarkan pada rasisme."

"Peringatan-peringatan tersebut dijelaskan dengan sangat jelas dalam buku ini. Kata ini merupakan deskripsi yang sangat akurat tentang pemisahan paksa warga Israel dari warga Palestina di Tepi Barat dan dominasi serta penindasan total terhadap warga Palestina oleh militer Israel yang dominan," ia melanjutkan pendapatnya seperti dikutip dari situs NPR.

Direktur Penelitian dan Analisis di Arab Center Washington DC, yang menulis di Al Jazeera setahun lalu, Imad K Harb menyebutkan, ini merupakan perubahan sikap yang disambut baik dari keyakinan yang telah lama dipegang teguh oleh banyak politisi dan pembuat opini AS.

Carter tetap menjadi satu-satunya politisi terkemuka AS yang berani menyebut kebijakan dan praktik Israel dengan nama aslinya.

"Sudah saatnya bagi Washington untuk merevisi sikapnya terhadap Israel-Palestina. Pembalikan kebijakan AS terhadap Palestina - yang mengakui hak-hak Palestina dan meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatannya - adalah sesuatu yang mungkin diinginkan Jimmy Carter semasa hidupnya," kata Imad yang menulis khusus sebagai bentuk kenangan pada Jimmy Carter.

(imf/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |