Info Event-Sebanyak 479 perusahaan telah memenuhi standar penilaian awal Indeks Integritas Bisnis Lestari (INSTAR). Mereka telah melalui proses penyaringan dari 900 perusahaan yang terdiri dari 884 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per Februari 2024 dan 16 BUMN di luar daftar BEI.
Hal ini terungkap dalam Executive Briefing: “Membangun Bisnis Berintegritas Menuju Keberlanjutan Ekonomi dan Lingkungan” di Gedung Tempo Rabu, 8 Oktober 2025. Sebanyak 70 perwakilan perusahaan menghadiri acara tersebut.
INSTAR adalah inisiatif TEMPO Data Science bersama dengan Transparency International Indonesia (TII) dan Institute for Strategic Initiatives (ISI) yang menilai tiga aspek ESG (environmental, social, dan governance) untuk mendorong praktik bisnis yang transparan, bertanggung jawab, dan berkelanjutan di Indonesia.
Perusahaan yang berhasil mencapai nilai ambang batas (threshold) berhak mendapatkan pengakuan sebagai INSTAR Verified Company, sebuah simbol komitmen nyata terhadap integritas, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial. “Dengan penilaian yang kredibel dan komprehensif, kami berharap perusahaan mendapatkan rekognisi melalui badge INSTAR,” ujar CEO Info Media Digital Wahyu Dyatmika.
Tahun ini ada perbedaan dibanding tahun sebelumnya. Sebelas sektor yang dinilai memiliki nilai ambang batas yang berbeda-beda. Untuk sektor energi misalnya memiliki nilai threshold lebih dari 75 sedangkan nilai sektor consumer sebesar 67. ”Nilai ini kami sesuaikan dengan karakter industrinya,” kata Penanggung Jawab Desk Riset INSTAR 2025 Ai Mulyani.
Salah satu peserta INSTAR 2025 adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Tahun ini untuk kali kedua mengikuti pemeringkatan sedangkan salah satu anak perusahaannya ikut pertama kali. “Dari pengalaman tahun lalu, kami mengikuti proses penilaian INSTAR yang transparan dan kriteria yang jelas. Hal yang menarik dari INSTAR adalah kolaborasi tiga lembaga yakni Tempo, TII dan ISI,” ujar Tom Malik, General Manager Communication MDKA.
Executive Briefing INSTAR 2025 juga menghadirkan diskusi yang menampilkan tiga pembicara yakni Sekjen TII Danang Widoyoko, Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Dendy Apriandi, serta Lead Analyst, Indices dan ESG Business Development Bursa Efek Indonesia (BEI) Kinanti Marta Nuraida.
Danang Widoyoko menjelaskan ada tiga perbedaan mendasar INSTAR dibanding pemeringkatan sejenis. Pertama metodologi INSTAR transparan karena pendekatan berbasis data dan penghitungan setiap indikator dapat dijelaskan. Kedua, prosesnya yang partisipatif yakni perusahaan yang dinilai berhak memberikan masukan atau sanggahan.
Ketiga INSTAR membuat keseimbangan penilaian untuk setiap aspek ESG. “Kami tidak ingin fokus ke aspek lingkungan sedangkan problem utama di Indonesia soal korupsi dan jawabannya bagaimana kita meningkatkan integritas bisnis,”ujarnya.
Iklan
Dendy Apriandi mengatakan saat ini transformasi digital berupaya menghilangkan hambatan proses perizinan di tingkat pusat dan daerah. Hal ini dilakukan karena para pelaku usaha kerap kesulitan memperoleh perizinan berusaha padahal telah memenuhi semua persyaratan. “Hal-hal ini yang akan kami kembangkan untuk menjawab tantangan poin integritas atau governance,”katanya.
Bagi Kinanti Nuraida, setiap pemeringkatan ESG seperti halnya INSTAR sangat bermanfaat untuk para investor karena mereka memiliki data-data yang lebih meyakinkan untuk mengambil keputusan. “Kami dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya meningkatkan literasi agar para investor mendapatkan informasi dan pemahaman yang baik untuk membantu mereka dalam investasi berkelanjutan,” ujarnya.
Usai Executive Briefing INSTAR 2025, pihak penyelenggara akan melanjutkan ke tahap verifikasi melalui media monitoring dan menganalisa kinerja fundamental perusahaan. Untuk mengikuti tahap ini, ada biaya partisipasi untuk setiap perusahaan. (*)

















































