6 Tantangan yang Dihadapi Erik ten Hag sebagai Pelatih Bayer Leverkusen

10 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Erik ten Hag ditunjuk sebagai pelatih klub Liga Jerman Bayer Leverkusen. Pria asal Belanda menggantikan posisi Xabi Alonso yang pindah ke Real Madrid.

Kedatangan Ten Hag diumumkan dalam laman resmi klub, Selasa, 27 Mei 2025. "Dengan Erik ten Hag, kami mendatangkan pelatih berpengalaman dengan kesuksesan luar biasa di lapangan. Enam gelar juara yang diraihnya di Ajax merupakan hal yang luar biasa," ujar direktur olahraga Bayer Leverkusen Simon Rolfes, seperti diberitakan Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Leverkusen berharap Erik ten Hag datang dengan membawa kesuksesan. "Dengan tiga gelar liga dan dua kemenangan piala domestik, ia dan Ajax mendominasi sepak bola Belanda dari 2018 hingga 2022. Dan Erik menunjukkan kualitasnya sebagai pelatih dengan kesuksesan berikutnya di Manchester United dalam situasi yang sulit," kata Rolfes.

Rolfes menjelaskan Ten Hag akan diberi target untuk membawa Bayer Leverkusen meraih target tertinggi di Liga Jerman, Piala Jerman, dan Liga Champions.

Ten Hag mengatakan siap menghadapi hal tersebut. "Bayer 04 adalah salah satu klub terbaik di Jerman dan juga salah satu klub papan atas di Eropa. Klub ini menawarkan kondisi yang luar biasa," kata dia. "Saya datang ke Leverkusen untuk melanjutkan ambisi yang ditunjukkan dalam beberapa tahun terakhir. Merupakan tantangan yang menarik untuk menyiapkan sesuatu bersama dalam periode perubahan ini dan mengembangkan tim yang ambisius." 

Pelatih berkebangsaan Belanda tersebut sebelumnya berstatus tanpa klub setelah dipecat dari Manchester United karena awal yang kurang baik pada Liga Inggris musim ini. Meskipun begitu, saat menangani Manchester United kurang lebih dua musim, Ten Hag mampu mempersembahkan dua gelar untuk The Red Devils yakni Piala Liga Inggris 2022/23 dan Piala FA 2023/24.

Apa saja tantangan yang dihadapi Erik ten Hag di Bayer Leverkusen? Simak enam di antaranya:

Mengisi Jejak Besar Xabi Alonso

Erik ten Hag mengambil alih posisi pelatih yang sebelumnya diduduki oleh Xabi Alonso. Suksesi ini akan memberi tekanan besar. Alonso merupakan pelatih yang sukses membawa Bayer Leverkusen meraih gelar Bundesliga pertama dalam sejarah klub pada musim 2023/24, dengan rekor tak terkalahkan. Alonso juga mempersembahkan gelar DFB-Pokal dan membawa tim ke final Liga Europa.

Kehadiran Alonso telah mengubah citra Leverkusen dari "Vizekusen" — julukan bagi tim spesialis nyaris atau runner-up — menjadi klub pemenang. Ten Hag kini diharapkan melanjutkan tradisi juara tersebut dan menjaga ekspektasi tinggi baik di Bundesliga, DFB-Pokal, maupun Liga Champions.

Mengelola Perombakan Skuad

Bayer Leverkusen tengah menghadapi masa transisi besar dengan kemungkinan hengkangnya beberapa pemain kunci seperti Florian Wirtz, Jonathan Tah, dan Jeremie Frimpong ke klub-klub elite Eropa. Kepergian mereka akan menciptakan lubang besar di lini tengah dan belakang. 

Ten Hag harus segera menemukan pengganti yang mampu mengisi peran penting tanpa mengurangi kualitas permainan tim. Meskipun penjualan pemain akan memberikan dana besar untuk transfer, ia tetap dituntut untuk bisa mendatangkan pemain yang sesuai dengan filosofi taktik Leverkusen yang dominan dan atraktif.

Mempertahankan Gaya Bermain Atraktif

Leverkusen di bawah asuhan Alonso dikenal dengan sepak bola menyerang yang teknis dan dinamis. Filosofi ini adalah bagian dari identitas klub yang disebut sebagai “Werkself-Stil”. 

Ten Hag, yang juga dikenal dengan gaya sepak bola ofensif selama di Ajax, dituntut meneruskan pendekatan tersebut. Namun, tantangan muncul karena skuad baru harus dibentuk ulang dan belum tentu memiliki komposisi ideal untuk sistem 4-3-3 atau 4-2-3-1 yang biasa digunakan oleh Ten Hag. Di bawah Alonso mereka lebih sering bermain dengan tiga bek.

Ia harus beradaptasi dengan materi pemain yang ada sambil tetap mempertahankan standar permainan yang tinggi.

Menghadapi Ekspektasi Tinggi di Tiga Kompetisi

Target yang diberikan manajemen Leverkusen tidak main-main: bersaing di tiga kompetisi utama yaitu Bundesliga, DFB-Pokal, dan Liga Champions. Ini merupakan beban besar, terlebih lagi setelah musim lalu Leverkusen hanya mampu finis kedua di Bundesliga dan gagal lolos ke final DFB-Pokal. 

Dengan jadwal padat di tiga ajang tersebut, Ten Hag harus pandai-pandai melakukan rotasi tanpa mengorbankan konsistensi hasil. Pengalamannya di Liga Champions bersama Ajax dapat menjadi modal berharga, tetapi tekanan untuk memberikan trofi nyata akan sangat terasa.

Menjawab Keraguan dari Pengalaman di Manchester United

Karier Ten Hag di Manchester United berakhir dengan catatan buruk. Ia dipecat setelah awal musim yang buruk dan posisi ke-14 di Premier League. Meski sempat mempersembahkan dua trofi domestik, banyak kritik tertuju pada dirinya terkait ketidakmampuan mengelola hubungan dengan para pemain bintang. 

Di Leverkusen, ia harus membuktikan bahwa kegagalannya di Old Trafford adalah anomali, bukan cerminan kemampuan sebenarnya. Suporter dan media akan terus membandingkannya dengan Alonso, dan kesalahan sedikit saja bisa memicu keraguan yang lebih besar lagi.

Adaptasi dengan Budaya dan Lingkungan Baru

Ten Hag pernah bekerja di Jerman sebagai pelatih Bayern Munich II, namun situasi di Leverkusen akan sangat berbeda. Ia harus cepat beradaptasi dengan struktur manajemen, staf pelatih, serta budaya ruang ganti yang sudah terbiasa dengan kepemimpinan karismatik Alonso. Selain itu, hubungan baik dengan fans juga penting karena dukungan mereka bisa menjadi faktor penentu moral tim. 

Ten Hag menyampaikan keyakinannya atas kondisi infrastruktur dan organisasi klub yang baik, tetapi adaptasi yang cepat dan efektif tetap menjadi kunci agar proyek jangka panjang bisa tercapai.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |