Demonstrasi Mahasiswa Uncen Berujung Bentrok dengan Polisi, Koalisi: Seharusnya Rektor Terima Aksi Itu

4 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Penegak Hukum dan Hak Asasi Manusia Papua menyesalkan sikap rektorat Universitas Cenderawasih (Uncen) dalam menyikapi demonstrasi mahasiswa pada Kamis, 22 Mei 2025. Aksi yang berlangsung di lingkungan kampus ini menyebabkan bentrokan antara mahasiswa dan polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demonstrasi mahasiswa itu menuntut kampus agar menurunkan biaya sumbangan pembinaan pendidikan. "Semestinya aksi demonstrasi ini diterima secara bijaksana oleh Rektor Universitas Cenderawasih," kata Koalisi Penegak Hukum dan HAM Papua dalam keterangannya pada Sabtu, 24 Mei 2025.

Koalisi menilai peristiwa bentrok antara mahasiswa dan polisi menunjukkan matinya demokrasi di lingkungan kampus. Adapun koalisi ini terdiri dari sejumlah organisasi di antaranya LBH Papua, Kontras Papua, PAHAM Papua, Elsam Papua, hingga ALDP.

Koalisi mendorong agar adanya tanggung jawab dari Rektor Universitas Cenderawasih atas insiden bentrokan ini. Sebab, menurut Koalisi, terdapat korban dari mahasiswa maupun personel polisi.

Koalisi juga mendesak pihak rektorat Universitas Cenderawasih untuk segera membuka ruang berdialog dengan mahasiswa. Khususnya membahas soal kebijakan uang kuliah tunggal (UKT) yang menjadi tuntutan aksi.

Kronologi Kericuhan Versi Polisi

Kapolresta Jayapura Kota AKBP Fredrickus Maclarimboen mengatakan kericuhan bermula dari aksi penyampaian aspirasi oleh mahasiswa Universitas Cenderawasih Papua mengenai dana UKT. Aksi ini dilakukan di kampus Uncen dan aspirasi tersebut telah diterima oleh pembantu Rektor III.

“Mahasiswa berniat menguasai dua jalur akses ke kampus Uncen, namun setelah dilakukan negosiasi, mereka hanya menggunakan satu jalur yang biasa digunakan untuk aktivitas keluar-masuk kampus,” kata dia dihubungi Jumat, 23 Mei 2025. 

Setelah kesepakatan awal, kelompok mahasiswa lainnya datang dan mulai menutup jalur yang tersisa. Negosiasi kembali dilakukan agar akses kampus tidak terganggu. Namun, kelompok mahasiswa tersebut tetap memaksa untuk menutup portal, sehingga menyebabkan ketegangan. “Situasi ini akhirnya memicu kerusuhan dan aksi kekerasan, termasuk pelemparan benda kepada petugas,” kata dia. 

Terkait korban, dijelaskan bahwa memang ada yang mengalami luka-luka, namun tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Informasi yang menyebutkan adanya mahasiswa yang meninggal adalah tidak benar.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |