Jejak IKJ, Kampus Seni yang Bakal Dipindah Pramono ke Kota Tua

3 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana memindahkan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ke kawasan Kota Tua, Jakarta Utara. Langkah ini diharapkan dapat menghidupkan kembali kawasan bersejarah tersebut sekaligus memperkuat identitas seni dan budaya Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menjelaskan bahwa Kota Tua memiliki potensi besar untuk menjadi ruang publik yang tertata namun tetap mempertahankan karakter artistik khas ibu kota.

"Mudah-mudahan ini bisa menjadi pemantik untuk menghidupkan Kota Tua sebagai kawasan heritage yang berkembang dengan baik, lebih rapi, dan tetap berkesenian," ujarnya di Jakarta Timur, Senin (21/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak awal berdiri, IKJ telah menjadi salah satu pusat penting perkembangan seni dan budaya di Jakarta. Gagasan pembentukan lembaga pendidikan seni ini muncul pada akhir 1960-an, di masa Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Awalnya bernama Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Ini menjadi salah satu proyek utama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), selain pembangunan Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM). 

Saat itu, Jakarta sedang berupaya membangun identitas baru sebagai kota modern dengan kehidupan budaya yang hidup.

Ali Sadikin melihat selain gedung-gedung pertunjukan, Jakarta butuh tempat untuk mendidik dan melahirkan seniman. Ia kemudian mengajak sejumlah seniman dan budayawan senior, seperti Misbach Yusa Biran, Suyadi, dan Trisno Sumardjo, untuk merumuskan bentuk lembaga pendidikan seni yang sesuai dengan kebutuhan kota.

Dari situlah lahir gagasan untuk mendirikan LPKJ, lembaga pendidikan tinggi yang berfokus pada pengembangan seni dan kebudayaan.

Rencana ini berjalan seiring dengan pembangunan kompleks Taman Ismail Marzuki yang diresmikan pada 1968, yang kemudian menjadi pusat kegiatan seni dan budaya di Ibu Kota.

DKJ berperan sebagai pengarah program, sementara pemerintah provinsi menyediakan fasilitas dan dukungan administratif.

Ali menilai bahwa kota besar seperti Jakarta perlu ruang untuk menumbuhkan budaya dan kesenian. Dari sinilah muncul gagasan membangun Pusat Kesenian Jakarta di bekas lahan Kebun Binatang Cikini, yang dulunya merupakan rumah pelukis legendaris Raden Saleh.

Kawasan tersebut kemudian diresmikan sebagai Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 1968 dan menjadi pusat kegiatan seni dan budaya di Jakarta.

Di tempat yang sama pula dibentuk Dewan Kesenian Jakarta serta Akademi Jakarta, dua lembaga yang sejak awal berperan penting dalam menggerakkan kehidupan seni di ibu kota.

Beberapa tahun setelahnya, muncul ide untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi seni yang terintegrasi dengan kegiatan seni di TIM.

Maka pada 26 Juni 1970, Ali Sadikin menerbitkan surat keputusan pendirian Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ).

Pada awalnya, LPKJ membuka enam akademi: Teater, Tari, Musik, Film, Seni Rupa, dan Seni Sastra. Namun dalam praktiknya, akademi sastra tak pernah terealisasi.

Kegiatan belajar-mengajar dilakukan di lantai dua gedung induk TIM dengan sistem sanggar dan magang. Pendekatannya masih sangat individual dan menekankan proses kreatif ketimbang teori.

Seiring meningkatnya jumlah mahasiswa dan kegiatan kesenian di TIM, pemerintah kemudian membangun kampus baru di sebelah kompleks tersebut.

Pada 26 Juni 1976, bertepatan dengan ulang tahun ke-6 LPKJ, Presiden Soeharto meresmikan gedung baru itu. Kampus ini menjadi simbol baru pendidikan seni di Jakarta.

Pada tanggal 20 Desember 1981, LPKJ resmi berubah menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Perubahan ini sejalan dengan keinginan pemerintah daerah agar lembaga tersebut memiliki status perguruan tinggi yang diakui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Melalui pembentukan Yayasan Institut Kesenian Jakarta (YIKJ), IKJ pun resmi berdiri sebagai perguruan tinggi swasta.

Struktur akademiknya pun ditata ulang. Akademi-akademi yang sebelumnya terpisah dilebur menjadi dua fakultas: Fakultas Kesenian, yang menaungi jurusan Teater, Tari, dan Musik. serta Fakultas Seni Rupa dan Desain, yang mencakup Seni Rupa dan Sinematografi. Pada akhir 1980-an, Fakultas Film dan Televisi kemudian berdiri sendiri.

Di sisi lain, Pemerintah DKI Jakarta juga membentuk Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ) pada 1989 untuk membantu pengelolaan IKJ dan Dewan Kesenian Jakarta. Beberapa dekade kemudian, tanggung jawab pengelolaan IKJ diserahkan kepada Yayasan Seni Budaya Jakarta (YSBJ) melalui keputusan Gubernur DKI Jakarta pada 2013.

IKJ terus memperluas perannya di dunia pendidikan seni, termasuk dengan membuka Program Pascasarjana Penciptaan dan Pengkajian Seni pada 2009. Program ini menekankan karakter "seni urban dan industri budaya", sejalan dengan perkembangan kota Jakarta sebagai pusat industri kreatif.

Seiring waktu, IKJ terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Banyak lulusannya yang kemudian berkiprah di dunia seni, film, musik, dan industri kreatif.

IKJ juga masih menjadi bagian penting dari ekosistem seni Jakarta. Kampus ini tetap terhubung dengan Dewan Kesenian Jakarta dan pengelola Taman Ismail Marzuki dalam berbagai kegiatan dan kerja sama.

Kini, dengan adanya rencana pemindahan ke kawasan Kota Tua, lembaga yang sudah berdiri lebih dari setengah abad itu sedang bersiap menuju babak baru.

(fam/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |