Ribuan Mahasiswa Asing Harvard Panik Usai Larangan Trump

7 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan larangan bagi Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing pada Kamis. Seperti dilansir CBS News, ini memicu kepanikan di kalangan ribuan mahasiswa asing yang kini harus mencari alternatif universitas lain.

Keputusan ini merupakan eskalasi terbaru dari konflik berkepanjangan antara Gedung Putih dan universitas Ivy League tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Leo Gerden, mahasiswa senior asal Swedia yang akan lulus minggu depan, menggambarkan situasi mencekam yang dialami mahasiswa asing.

"Bayangkan menjadi mahasiswa baru yang baru diterima. Sekarang mereka melihat berita ini dan mungkin tidak bisa datang sama sekali. Pasti sangat menyakitkan," kata Gerden kepada WBZ-TV.

Gerden yang tiba di Harvard empat tahun lalu mengaku hari diterimanya di Harvard adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. Namun, kini dia merasa sedih melihat kondisi universitas yang akan ditinggalkannya.

"Orang-orang sudah membuat rencana baru selama beberapa pekan terakhir," kata Gerden. "Semua orang harus membuat rencana B jika ini benar-benar terjadi, tapi kami berharap Harvard akan berjuang untuk kami."

Zilin Ma, mahasiswa PhD asal Cina yang akan lulus Sabtu ini, mengaku masih dalam mode panik. Setelah sepuluh tahun menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat, dia kini menghadapi ketidakpastian masa depan.

"Kami masih menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," kata Ma yang penelitian terbarunya di Harvard berfokus pada dukungan negosiasi kemanusiaan di negara berkembang.

Cornell William Brooks, profesor di Harvard Kennedy School dan mantan presiden NAACP, menyebut langkah ini sebagai serangan tidak berdasar atas nama xenofobia.

"Kami benar-benar menjadikan mahasiswa asing seperti paria intelektual," kata Brooks.

Anggota DPR Massachusetts Tram Nguyen, lulusan Harvard Kennedy School tahun lalu, mengecam keputusan ini sebagai "tidak Amerika" dan mencium bau pembalasan politik. "Ini bukan hanya masalah imigrasi, tapi juga masalah Amandemen Pertama," kata Nguyen.

Menurutnya, keputusan ini mengirimkan pesan bahwa talenta tidak diterima jika datang dari luar negeri. Padahal, menurut dia, negara bagian Massachusetts sangat bergantung pada kontribusi mahasiswa dan pekerja asing sebagai penggerak ekonomi.

Larangan ini merupakan puncak dari pertarungan berbulan-bulan antara Gedung Putih dan Harvard yang dipicu oleh serangkaian protes dan aksi unjuk rasa di kampus. Sebelumnya, Harvard sudah kehilangan miliaran dollar dana federal.

Juru bicara Gedung Putih menyatakan Harvard telah memiliki banyak kesempatan untuk menangani protes tersebut, menegaskan bahwa mendaftarkan mahasiswa asing adalah privilese, bukan hak.

Gerden menolak pandangan tersebut.

"Banyak mahasiswa asing datang dari negara-negara otoriter, dan mereka datang karena demokrasi dan semua kebebasan yang bisa dinikmati di negara ini," kata Gerden. "Jika itu diambil, maka tidak ada universitas tanpa kebebasan akademik."

Data menunjukkan bahwa satu dari empat mahasiswa Harvard berasal dari luar negeri, menjadikan keputusan ini berdampak massif bagi komunitas kampus.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |