Sembilan dari 10 Anak Dokter Gaza Tewas dalam Serangan Udara Israel

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang dokter anak yang bekerja di Gaza selatan telah kehilangan sembilan dari 10 anaknya dalam serangan udara Israel yang menghantam rumah keluarganya, dalam apa yang digambarkan oleh rekan-rekan medis sebagai tragedi yang "tak terbayangkan".

Seperti dilansir Arab News dan Al Arabiya, dr. Alaa Al-Najjar, yang bertugas di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis pada saat serangan itu, juga melihat suaminya, dr. Hamdi Al-Najjar, terluka parah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satu-satunya anak pasangan itu yang selamat, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, terluka parah dan menjalani operasi darurat pada Jumat, menurut laporan.

"Ini adalah kenyataan yang dialami staf medis kami di Gaza. Kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan rasa sakitnya," kata Dr. Muneer Alboursh, direktur jenderal kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

"Di Gaza, bukan hanya petugas kesehatan yang menjadi sasaran, agresi Israel lebih jauh lagi, memusnahkan seluruh keluarga."

Rekaman mengerikan yang dibagikan oleh Pertahanan Sipil Palestina, dan diverifikasi oleh media termasuk BBC, menunjukkan jenazah anak-anak kecil yang ditarik dari reruntuhan bangunan yang runtuh di dekat pom bensin di Khan Younis.

Dokter bedah Inggris Dr. Graeme Groom, yang menjadi relawan di rumah sakit Nasser, mengatakan putra Dr. Al-Najjar yang selamat adalah pasien terakhirnya hari itu.

"Dia terluka sangat parah dan tampak jauh lebih muda saat kami mengangkatnya ke meja operasi," katanya dalam sebuah video yang diunggah di media sosial.

Groom menambahkan bahwa ayah anak tersebut, yang juga seorang dokter di rumah sakit yang sama, "tidak memiliki hubungan politik dan militer dan tampaknya tidak menonjol di media sosial,". Ia menyebut serangan itu sebagai "hari yang sangat menyedihkan."

Ia melanjutkan: "Tidak terbayangkan bagi wanita malang itu, keduanya adalah dokter di sini... namun istrinya yang malang adalah satu-satunya yang tidak terluka, yang memiliki prospek kehilangan suaminya."

Kerabat Youssef Al-Najjar menyampaikan permohonan yang emosional, "Cukup. Kasihanilah kami. Kami memohon kepada semua negara, komunitas internasional, rakyat, Hamas, dan semua faksi untuk mengasihani kami. Kami kelelahan karena pengungsian dan kelaparan."

Dr. Victoria Rose, dokter Inggris lainnya di rumah sakit tersebut, mengatakan bahwa keluarga tersebut tinggal di dekat sebuah pom bensin dan berspekulasi bahwa serangan tersebut mungkin disebabkan atau diperburuk oleh sebuah ledakan besar.

“Begitulah kehidupan di Gaza. Begitulah kehidupan di Gaza,” katanya.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak berkomentar langsung mengenai serangan tersebut, tetapi dalam pernyataan umum mengatakan serangan tersebut telah mengenai lebih dari 100 target di seluruh Gaza dalam jangka waktu 24 jam.

Kementerian kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 74 kematian warga Palestina dalam kurun waktu tersebut saja.

PBB telah memperingatkan bahwa Gaza mungkin memasuki "fase paling kejam" dalam perang tersebut, dengan Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam pembatasan bantuan Israel yang memperburuk bencana kemanusiaan.

Meskipun Israel mencabut blokadenya sebagian minggu ini, sehingga hanya mengizinkan masuknya bantuan dalam jumlah terbatas, PBB mengatakan pengiriman tersebut jauh dari 500–600 truk pasokan yang dibutuhkan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi 2,1 juta penduduk wilayah tersebut.

Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023 menyebabkan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 lainnya. Israel membalas dengan membantai lebih dari 53.900 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza. Sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |