Yogyakarta, CNN Indonesia --
Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero)/InJourney, Maya Watono memastikan pemasangan stairlift dan ramp pada Candi Borobudur oleh pihaknya tak akan menggunakan bor maupun paku yang bisa merusak situs warisan dunia di Magelang, Jawa Tengah tersebut.
"Yang kami bangun adalah prasarana yang bersifat portable, ini bongkar pasang. InJourney memastikan bahwa ini tidak ada sedikit pun kerusakan pada struktur candi," kata Maya ditemui di Kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (27/5).
"Kita tidak ada paku, tidak ada bor, kita tidak ada sama sekali penetrasi kepada batu candi. Semua dilakukan dengan teknik sipil yang sangat diperhitungkan matang," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemasangan ramp, menurut Maya, bisa ditemui di beberapa situs-situs dunia lainnya. Macam Akropolis di Yunani dan Angkor Wat di Kamboja. Sementara stairlift sudah dipasang di Castle of Cretes, Yunani.
Maya bilang, beragam rancangan ramp dan stairlift ini sebelumnya telah mendapat kesepakatan dari Museum dan Cagar Budaya (MCB) di bawah Kementerian Kebudayaan. Desain yang disetujui mengikuti Analisis Dampak Pusaka atau Heritage Impact Assessment (HIA) dari UNESCO.
Stairlift dan ramp ini hanya dipasang di salah satu dari empat tangga naik candi, tepatnya pada sisi pintu selatan. Pemasangan dua prasarana ini tak lepas dari faktor licin serta curamnya tangga naik di Candi Borobudur dengan tingkat kemiringan 46 derajat.
Dengan penambahan fasilitas ini, InJourney berharap mampu menambah aspek inklusivitas pada Candi Borobudur. Dalam arti membuka akses lebih luas bagi penyandang disabilitas serta para lanjut usia (lansia) atau kalangan biksu senior untuk dapat menjelajah situs sejarah yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia itu.
"Karena juga ini Buddhist Temple, tempat ibadah, ada juga keinginan dari biku-biku senior yang sudah puluhan tahun tidak bisa beribadah, tidak bisa naik (ke Candi Borobudur)," bebernya.
Maya pun tak menampik, upaya peningkatan aspek inklusivitas oleh InJourney yang sejatinya sudah masuk ke dalam master plan ini turut memanfaatkan momentum pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Candi Borobudur pada 29 Mei 2025 mendatang.
Kata Maya, kunjungan kenegaraan dari Macron besok juga terbuka untuk publikasi oleh pers, sehingga harapannya juga mampu mendongkrak citra situs warisan dunia yang ada di Indonesia.
InJourney juga akan masih mengkaji keberlanjutan pemasangan stairlift dan ramp ini setelah kunjungan kenegaraan Macron Kamis besok.
"Saya harap itu bisa diteruskan, kami akan tunjukkan bahwa yang kami buat itu memang organik lah dengan temple dan sama sekali tidak merusak, semoga bisa berkelanjutan," pungkasnya.
Sebelumnya, dalam sebuah video yang beredar di media sosial, dinarasikan terdapat pembangunan eskalator dengan pelat besi untuk menaiki candi Borobudur yang dikhawatirkan merusak bangunan itu.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengatakan pemasangan eskalator non-permanen di Candi Borobudur ditempuh pemerintah berdasarkan permintaan dari Pemerintah Prancis dalam rangka kunjungan resmi Presiden Emmanuel Macron.
Dalam pernyataannya di kantor PCO Gambir Jakarta Pusat Senin, Hasan mengatakan bahwa fasilitas yang disiapkan pemerintah merupakan sarana bantu sementara guna mendukung kelancaran kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke situs warisan dunia tersebut.
Sebagai bagian dari agenda kunjungan kenegaraan, kata Hasan, pemerintah ingin memastikan tamu negara dapat mengakses dan menikmati keindahan serta kemegahan Candi Borobudur secara optimal, meskipun dengan waktu yang terbatas.
"Candi Borobudur itu kira-kira setinggi gedung 12 lantai. Jadi, Presiden Perancis tentu dalam kunjungan kenegaraan waktunya terbatas," ujar Hasan.
Karena itu, pemerintah menyiapkan dua fasilitas pendukung, yakni ramp atau jalur landai hingga level keempat, serta stair lift, semacam kursi bantu naik yang dipasang di sisi tangga, untuk menjangkau level atas hingga lantai ketujuh atau kedelapan. Ia juga menyatakan bahwa seluruh pemasangan dilakukan dengan prinsip konservasi yang ketat.
(kum/dal)