Korea Selatan Siap Pemilu, Ini Kata KBRI Seoul

1 day ago 4

TEMPO.CO, Seoul - Korea Selatan tengah bersiap menggelar pemilihan presiden luar biasa pada 3 Juni 2025. Pemilihan presiden ini dilakukan setelah pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol oleh Mahkamah Konstitusi. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul menjelaskan langkahnya ketika menghadapi transisi pemerintahan baru Korea Selatan menjelang pesta demokrasi negeri ginseng itu. Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Seoul Zelda Wulan Kartika mengatakan timnya sudah melakukan pendekatan ke pihak-pihak yang berpotensi memimpin Korsel.

"Yang dilakukan oleh KBRI tentunya melakukan pendekatan tetap dengan partai berkuasa sekarang, tapi juga melakukan pendekatan kepada kandidat lain yang berkompetisi dalam pemilu nanti," kata Zelda kepada jurnalis Indonesia di gedung KBRI Seoul pada akhir Mei 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Partai yang berkuasa saat ini adalah Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party/PPP). Mereka menjadi sorotan, setelah mantan Presiden Yoon Suk Yeol mendeklarasikan darurat militer Desember 2024. 

Zelda juga menambahkan tim KBRI pun sudah menyampaikan berbagai harapan dari pemerintah Indonesia. "Kami juga sudah menyampaikan harapan-harapan supaya apabila nanti pergantian pemerintahan, maka Korea Selatan tetap memberikan perhatian tentang isu Asia Tenggara, termasuk Indonesia," kata Zelda. 

Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Seoul Zelda Wulan Kartika (kedua dari kanan)/Tempo-Mitra Tarigan

Zelda juga mengatakan ada banyak program kerja sama yang dilakukan antara Korea Selatan dan Indonesia. Sehingga ia dan timnya akan memastikan agar kerja sama tersebut tetap terjaga sehingga bisa menguntungkan kedua belah pihak. "Kalaupun nanti ada pergantian pemerintahan, kami ingin agar Indonesia tetap bisa menjadi negara yang diprioritaskan," kata dia.

Tempo berkesempatan mengunjungi Korea Selatan sebagai bagian dari program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea. Program ini digelar atas kerja sama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation pada 18-24 Mei.

Dalam kesempatan ini, Tempo juga melihat bagaimana suasana pesta demokrasi menjelang pemilihan presiden tersebut. Mirip seperti di Indonesia, ada banyak umbul-umbul yang terpasang di tiang-tiang. Dengan huruf hangeul atau tulisan Korea, mereka menuliskan visi misi mereka. 

Selain spanduk masing-masing calon presiden, ada pula satu spanduk panjang yang berisi para calon kandidat presiden sekaligus. Biasanya spanduk yang memamerkan para calon presiden dalam satu spanduk itu memiliki latar putih. 

Spanduk kampanye Calon Presiden Korea Selatan pada akhir Mei 2025 di Busan, Korsel. Suasana menjelang Pemilu Korea Selatan/Tempo- Mitra Tarigan

Walau spanduk calon presiden terpasang, jumlahnya tidak sebanyak spanduk-spanduk calon presiden saat Pemilu di Indonesia. Bila di Indonesia pemasangan spanduk terpasang di hampir setiap 10 meter, di Korea Selatan tidak seperti itu. Paling banyak spanduk yang berisi satu kandidat satu spanduk, terpasang di titik kumpul utama atau simpang jalan. Di beberapa antar tiang di trotoar biasanya juga terpasang spanduk yang berisi para kandidat calon presiden dalam satu spanduk. 

Selain pemasangan spanduk, ada pula beberapa simpatisan yang turun ke jalan dan memberikan selebaran kepada warga demi mempromosikan calon yang diusungnya. Yang cukup berbeda, ketika di Indonesia, para suporter itu biasanya akan bergerombol dan memasang musik dengan volume tinggi, pembagian selebaran di Korea Selatan terlihat cukup sunyi. Tempo melihat salah satu relawan yang membagikan selebaran salah satu kandidat presiden di Pantai Gwangalli, Busan yang berjarak 4 jam dari Seoul naik kereta. Hanya ada satu orang yang berdiri di pinggir pantai membagikan selebaran tersebut. Ia pun tidak menggunakan radio atau pengeras suara ketika berkampanye. Hanya ada papan pengumuman di sampingnya yang menandakan ia mendukung salah satu calon presiden. 

Tidak semua kampanye calon presiden terlihat sunyi. Ada pula kampanye yang dilakukan dengan pengeras suara. Biasanya kampanye dengan suara keras itu dilakukan dari mobil yang sudah dimodifikasi untuk kampanye. Artinya, ada layar bergerak bergambar para kandidat calon presiden. Dengan pengeras suara, relawan akan berkampanye agar masyarakat mendengar berbagai visi misi para kandidatnya. Bedanya dengan yang ada di Indonesia, kampanye di Korea Selatan biasanya hanya satu mobil kampanye saja yang lalu lalang keliling kota untuk menyuarakan satu kandidat presiden tertentu. Sedangkan di Indonesia, termasuk di Jakarta, kampanye calon presiden biasanya dilakukan secara rombongan. Beberapa mobil dan motor biasanya akan beriringan keliling kota mencari perhatian masyarakat. Di tempat yang didatangi Tempo, yaitu Seoul dan Busan, Anda tidak akan melihat kampanye dua orang yang duduk di motor dengan galah dan partai. Suasana kampanye di Korea Selatan cukup terlihat sunyi. Saking sunyinya, Tempo sempat mengira mobil kampanye berpengeras suara itu sebenarnya sedang menjajakan makanan tertentu. 

Read Entire Article
International | Entertainment | Lingkungan | Teknologi | Otomotif | Lingkungan | Kuliner |